Tampilkan postingan dengan label imunisasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label imunisasi. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 04 Juli 2009

Autisme dan Imunisasi


Isu mengenai imunisasi penyebab autisme sampai saat ini masih diperbincangkan. Thimerosal sebagai zat pengawet dalam vaksin yang dituding sebagai penyebabnya. Thimerosal atau dikenal juga dengan istilah mercurothiolate dan sodium2-ethylmercuriothiobenzoate banyak digunakan pada vaksin untuk mencegah pengembangbiakan jamur atau bakteri selama proses manufacturing yaitu saat proses pembuatan, pengemasan, pengiriman, penyimpanan dan penggunaan.

Ada beberapa pihak yang mengatakan bahwa thimerosal yang terdapat pada vaksin mengandung etilmerkuri yang melibihi ambang batas, dan kelebihan itu tidak dapat ditoleransi oleh tubuh sebagian anak sehingga menjadi berbahaya kemudian menimbulkan autisme pada anak.

Padahal, thimerosal yang telah digunakan sejak tahun 30-an hingga kini masih dianggap paling efektif membunuh virus, jamur atau bakteri pada vaksin. Dan sampai sekarang WHO pun masih mengakuinya sebagai zat yang aman. Berdasarkan sejarah, vaksinasi telah menyelamatkan banyak generasi dan memperpanjang kemungkinan hidup seseorang. Dengan vaksinasi, kemungkinan penularan penyakit juga dapat diperkecil.

Deteksi autis pada bayi

Autis pada bayi bisa diketahui sejak usia beberapa bulan setelah kelahirannya, yaitu melalui perkembangan sosial-emosionalnya yang mengalami distorsi atau penyimpangan. Misalnya, saat menyusu ASI, tubuhnya akan kaku, sehingga sering si Ibu merasa seperti memeluk benda, entah guling, sebatang kayu atau bungkusan. Jadi tidak ada ikatan sosial-emosional.

Si bayi pun tak berespon apa-apa saat diajak bercanda atau berbicara. Bila menangis, tangisannya pun tak jelas disebabkan apa. Jika ada kontak mata, matanya mungkin terlihat kosong tak bermakna. Tetapi bila ada gejala itu saja, kita tidak bisa langsung menyebutnya bayi autis. Perlu bantuan dokter untuk membantu diagnosis. Dan diagnosisnya pun tidak bisa sekali saja, perlu beberapa kali kunjungan dan pengamatan sebelumnya. Bahkan waktu kunjungannya pun harus cukup pajang karena pengamatannya tidak bisa dilakukan hanya dalam waktu beberapa menit saja.

Sumber : Perawatan Di Tahun Pertama - Nakita

Selasa, 19 Mei 2009

Jadwal Imunisasi


Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Periode 2004* (* Revisi September 2003)

Vaksin

Umur pemberian Imunisasi

Bulan

Tahun

Lhr

1

2

3

4

5

6

9

12

15

18

2

3

5

6

10

12

Program Pengembangan Imunisasi (PPI, diwajibkan)

BCG


















Hepatitis B

1

2





3











Polio

0


1


2


3




4



5




DTP



1


2


3




4



5



6 dT atau TT

Campak








1







2



Program Pengembangan Imunisasi Non PPI (Non PPI, dianjurkan)

Hib



1


2


3



4







MMR










1





2



Tifoid












Ulangan, tiap 3 tahun

Hepatitis A












Diberikan 2x, interval
6 - 12bl

Varisela


















Keterangan Jadwal Imunisasi IDAI, Periode 2004

Umur

Vaksin

Keterangan

Saat lahir

Hepatitis B-1




Polio-0

  • HB-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada umur 1 dan 6 bulan. Apabila status HbsAg-B ibu positif, dalam waktu 12 jam setelah lahir diberikan HBlg 0,5 ml bersamaan dengan vaksin HB-1. Apabila semula status HbsAg ibu tidak diketahui dan ternyata dalam perjalanan selanjutnya diketahui bahwa ibu HbsAg positif maka masih dapat diberikan HBlg 0,5 ml sebelum bayi berumur 7 hari.
  • Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama. Untuk bayi yang lahir di RB/RS polio oral diberikan saat bayi dipulangkan (untuk menghindari transmisi virus vaksin kepada bayi lain).

1 bulan

Hepatitis B-2

  • Hb-2 diberikan pada umur 1 bulan, interval HB-1 dan HB-2 adalah 1 bulan.

0-2 bulan

BCG

  • BCG dapat diberikan sejak lahir. Apabila BCG akan diberikan pada umur >3 bulan sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dulu dan BCG diberikan apabila uji tuberkulin negatif.

2 bulan

DTP-1

Hib-1

Polio-1

  • DTP-1 diberikan pada umur lebih dari 6 minggu, dapat dipergunakan DTwp atau DTap. DTP-1 diberikan secara kombinasi dengan Hib-1 (PRP-T)
  • Hib-1 diberikan mulai umur 2 bulan dengan interval 2 bulan. Hib-1 dapat diberikan secara terpisah atau dikombinasikan dengan DTP-1.
  • Polio-1 dapat diberikan bersamaan dengan DTP-1

4 bulan

DTP-2
Hib-2
Polio-2

  • DTP-2 (DTwP atau DTaP) dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan Hib-2 (PRP-T)
  • Hib-2 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan DTP-2
  • Polio-2 diberikan bersamaan dengan DTP-2

6 bulan

DTP-3
Hib-3
Polio-3

  • DTP-3 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan Hib-3 (PRP-T)
  • Apabila mempergunakan Hib-OMP, Hib-3 pada umur 6 bulan tidak perlu diberikan.
  • Polio-3 diberikan bersamaan dengan DTP-3

6 bulan

Hepatitis B-3

  • HB-3 diberikan umur 6 bulan. Untuk mendapat respons imun optimal interval HB-2 dan HB-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan.

9 bulan

Campak-1

  • Campak-1 diberikan pada umur 9 bulan, campak-2 merupakan program BIAS pada SD kl 1, umur 6 tahun. Apabila telah mendapat MMR pada umur 15 bulan, campak-2 tidak perlu diberikan

15-18 bulan

MMR

Hib-4

  • Apabila sampai umur 12 bulan belum mendapat imunisasi campak, MMR dapat diberikan pada umur 12 bln
  • Hib-4 diberikan pada 15 bulan (PRP-T atau PRP-OMP).

18 bulan

DTP-4
Polio-4

  • DTP-4 (DTwP atau DTaP) diberikan 1 tahun setelah DTP-3.
  • Polio-4 diberikan bersamaan dengan DTP-5

2 tahun

Hepatitis A

  • Vaksin HepA direkomendasikan pada umur >2 tahun, diberikan dua kali dengan interval 6-12 bulan.

2-3 tahun

Tifoid

  • Vaksin tifoid polisakarida injeksi direkomendasikan untuk umur >2 tahun. Imunisasi tifoid polisakarida injeksi perlu diulang setiap 3 tahun.

5 tahun

DTP-5
Polio-5

  • DTP-5 diberikan pada umur 5 tahun (DTwp/DTap)
  • Polio-5 diberikan bersamaan dengan DTP-5

6 tahun

MMR

  • Diberikan untuk catch-up imunization pada anak yang belum mendapat MMR-1

10 tahun

dT/TT

Varisela

  • Menjelang pubertas vaksin tetanus ke-5 (dT atau TT) diberikan untuk mendapat imunitas selama 25 tahun.
  • Vaksin varisela diberikan pada umur 10 tahun.




Imunisasi Untuk Bayi


Bulan Maret kemarin Kayyisa imunisasi campak, kata dokter, 5 imunisasi dasar yang diwajibkan yaitu BCG, Hepatitis B, Polio, DPT dan Campak untuk Kay udah selesai tinggal imunisasi yang dianjurkan saja. Kay disuruh dokter imunisasi lagi bulan Juli untuk imunisasi Hepatitis A. Syukur deh setiap jadwal imunisasi, Kay lagi sehat jadi ga perlu ditunda. Di bawah ini penjelasan tentang imunisasi yang perlu diketahui.

Imunisasi adalah pemberian vaksin (kuman penyakit yang sudah dilemahkan) ke dalam tubuh seseorang supaya terbentuk system kekebalan tubuh terhadap jenis penyakit tertentu. Pemberian imunisasi merupakan salah satu upaya pencegahan terhadap serangan penyakit pada bayi karena sistem kekebalan tubuhnyan masih lemah.

Imunisasi dilakukan dengan memakai 3 macam bahan, yaitu :

  • Bakteri atau virus hidup yang dilemahkan, seperti vaksin BCG, vaksin polio Sabin (polio oral), dan vaksin campak.
  • Kuman yang sudah dimatikan seperti pada vaksin pertusis (P) dari DPT, dan vasin polio Salk (yang diberikan secara suntikan).
  • Toksin atau racun dari kuman yang diolah sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan sakit. Misalnya, vaksin difteri dan tetanus dari DPT.

Manfaat imunisasi

BCG

Mendapatkan kekebalan terhadap penyakit tuberkulosis yang biasanya menyerang organ paru-paru atau tulang.

Hepatitis A

Mendapatkan kekebalan terhadap penyakit hepatitis A yang menyerang hati.

Hepatitis B

Mendapatkan kekebalan terhadap penyakit hepatitis B yang menyerang organ hati.

Polio

Mendapatkan kekebalan terhadap penyakit polio yang bisa mengakibatkan kelumpuhan.

DPT

Mendapatkan kekebalan terhadap penyakit difteri dan pertusis (batuk rejan) yang menyerang saluran napas, tetanus yang masuk dalam tubuh manusia lewat luka yang terbuka.

Campak

Mendapatkan kekebalan terhadap penyakit campak. Virus masuk dalam tubuh melalui saluran pernapasan dan menyebabkan kulit anak penuh dengan ruam/bintil merah.

HIB

Mendapatkan kekebalan terhadap penyakit radang selaput otak.

MMR

Mendapatkan kekebalan terhadap penyakit campak (measles), gondongan (mumps) dan campak jerman (rubella)

TIFOID

Mendapatkan kekebalan terhadap penyakit tipus. Kuman masuk melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi dan menyerang organ pencernaan.

VARISELA

Mendapatkan kekebalan terhadap penyakit cacar air.


Kapan si bayi tidak boleh imunisasi?


  • Menderita penurunan daya tahan tubuh. Misalnya, sedang menderita penyakit kanker, mendapat pengobatan anti-TB (tuberculosis), atau mendapat obat kortikosteroid jangka panjang (obat yang dapat menurunkan daya tahan tubuh). Imunisasi dapat diberikan setelah daya tahan tubuh anak normal kembali atau obat-obatan tersebut telah dihentikan pemberiannya.
  • Menderita demam tinggi (suhu tubuh 38,50 C atau lebih). Imunisasi sebaiknya ditunda sementara waktu, imunisasi dapat diberikan setelah anak tidak demam tinggi.
  • Pernah menderita kejang demam. Beberapa imunisasi yang menimbukan demam sebaiknya tidak diberikan. Misalnya DPT. Tetapi bisa diberikan penggantinya, yakni DT (komponen P pada DPT dapat menyebabkan demam) atau DPaT (komponen P berasal dari pertusis aseluler sehingga tidak menumbulkan demam.

Apabila bayil sedang batuk, pilek, diare, koreng atau alergi telur, tidak menjadi halangan untuk memberikan imunisasi pada si kecil.

Untuk memudahkan kapan waktu sikecil harus imunisasi, lihat table Jadwal Imunisasi.

Sumber : Bayi Sehat dan Terawat Seri Ayah Bunda

 

Followers

About Me

Saya adalah fulltime Mommy yang ingin berbagi cerita tentang tumbuh kembang putri tercinta Kayyisa Naura Firdaus.

Kayyisa Copyright © 2009 Flower Garden is Designed by Ipietoon for Tadpole's Notez Flower Image by Dapino