Sabtu, 30 Mei 2009

Tips Mengatasi Rasa Bosan Saat Si Kecil Bepergian


Untuk mengatasi rasa bosan si bayi saat perjalanan panjang, selain memberinya mainan, ajaklah melihat keluar jendela mobil/kereta. Mengajaknya berjalan di dalam kereta api atau kapal sekaligus melemaskan tungkai kita yang kaku akibat duduk lama. Ceritakan pemandangan yang terlihat seperti rumah, gunung atau binatang, atau ajaklah si kecil bernyanyi.

Kamis, 28 Mei 2009

Jalan-jalan lagi


Kayyisa jalan-jalan lagi, kali ini aku ajak dia ke Dufan bareng keluarga. Sekalian aku juga refresing. Awalnya aku ragu ajak Kay bepergian jauh takut rewel karena bosan. Aku siapin perlengkapannya seperti makanan(termasuk makanan cemilannya), susu formula+ botol, alat makannya, baju dan celana, diapers, tissu basah dan kering, kantong palstik, ga lupa aku bawa juga mainannnya. Eh ternyata dia malah asik menikmati perjalanan. Kalau menurutku sih bayi tidak akan rewel kalo perutnya ga lapar dan tidurnya cukup, jadi pas dijalan aku usahain Kay selalu kenyang dan kalau kelihatan lelah aku ajak dia tidur. Trus aku ajak aja Kay main, nyanyi -nyanyi jadinya dia ga bosen. Alhamdulillah dari mulai berangkat sampai di Dufan, Kay ga rewel. Begitu pula pas pulang ke rumah, sepanjang jalan dia tidur nyenyak.

Saat di Dufan Kay kelihatan seneng banget, kalau denger musik (jinggel Dufan) langsung joged. Eh Kay ga takut badut lho, padahal aku pikir dia akan takut pas aku deketin badutnya. Trus aku bawa dia ke istana boneka, awalnya aja di merengek tapi lama kelamaan dia asyik merhatiin boneka-boneka sambil tangannya nunjuk-nunjuk. Kay aku ajak ngobrol, menstimulasi bahasanya biar cepet ngomong. Sambil main tapi tetap belajar dong. Setiap aku ngomong dia ngerespon. Aku menirukan suara-suara boneka binatang, dia juga berusaha menirukan suara yang sama.

Ga terasa hari udah sore, cukup deh mainnya. Hari ini juga Kay udah banyak belajar. Ibu seneng dan bangga sama Kay. Love U So Much...

Selasa, 26 Mei 2009

Trik Jitu Sukses Toilet Training


Kayyisa belum nyoba latihan pipis di pispot lho, padahal duduknya dah kuat. Hehe.. akunya keenakan kalo Kay pake diapers jadi ga repot. Tapi kalo mengenalkan kata-kata "basah" atau "kering" pas ganti popok sih udah. Eh sebenarnya toilet training itu sebaiknya mulai usia berapa ya? Ada yang bilang kalo udah bisa duduk, trus ada yang bilang kalo dah 12 bulan. Wah banyak banget pendapat yang berbeda. Aku cari informasi ah...

Toilet Training merupakan bentuk pengajaran atau pelatihan pada anak oleh orang tua, dan orang-orang yang ikut berperan dalam pengasuhan sikecil. Tujuannya agar sikecil mampu mengontrol pengeluaran atau pembuangan. Menurut Rini Hildayani, Psi, M.Si Staf Pengajar Bagian Pengkembangan, Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, keberhasilan toilet training tergantung kesiapan fisik, intelektual, emosional dan motivasi anak.

Ada dua cara untuk menerapkan toilet training, yaitu
  1. Langsung mengajak anak ke kamar mandi dan duduk di kloset dengan tambahan dudukan kloset khusus untuk anak.
  2. Mendudukan di atas pispot.
Tapi semua tergantung si anak, mana yang dirasakan lebih nyaman.

Beberapa hal yang bisa dilakukan dalam menerapkan toilet training :
  • Menggunakan boneka untuk mengajar anak urutan yang berkaitan dengan penggunaan toilet.
  • Menceritakan dan memperlihatkan gambar seorang anak yang sedang duduk di atas pispot atau kloset. Sebaiknya gambar model adalah idola anak karena si kecil biasanya meniru apa yang dilakukan idolanya.
  • Mengajarkan perbedaan "basah" dan "kering".
  • Memperhatikan perubahan ekspresi wajah atau perilaku yang biasa muncul sebelum si kecil BAK atau BAB. Misalnya terdiam, muka memerah disertai mata melotot, badan bergidik, dan mengejan.
  • Begitu tanda-tanda itu muncul, segera ajak anak ke pispot atau kloset.
  • Mengenali waktu-waktu anak biasa BAK atau BAB dan mengajaknya ke kamar mandi atau duduk di pispot di saat-saat tersebut.
  • Melatih anak duduk di pispot atau kloset kurang lebih 10 menit agar terbiasa duduk di atasnya. Bisa terjadi ketika latihan ini si anak BAK atau BAB.
  • Seringkali si anak mengatakan ia BAK atau BAB setelah keluar di celana. Orang tua bisa mengajarkan anaknya dengan mengatakan "Nanti kalau pipis Ade udah mau keluar, bilang Ibu ya. Kita ke kamar mandi, baru pipis".
  • Kepada anak yang dianggap "sudah besar", dapt ditambahkan kata-kata "Kakak kan sudah besar, jadi kalau mau pipis, bilang Ibu ya".
  • Untuk menahan anak tidak BAK atau BAB di lantai setelah ia mengatakan keinginannya buang air, orang tua bisa mengajaknya berimajinasi.Misalnya "Ayo, 'kran' airnya jangan dibuka dulu ya...tunggu...tunggu sebentar lagi...". Ketika si kecil sudah duduk di pispot atau kloset baru katakan "Ayo sekarang 'krannya' boleh dibuka".
  • Jika anak terbangun di malam hari, ajak ia pipis di pispot atau kloset.
  • Sebaiknya memberi reward setiap kali anak berhasil BAK atau BAB di pispot atau kloset.
Pada umunya di usia 2 tahun si anak mulai dapat menerapkan toilet training lebih baik. hal ini dikarenakan pertumbuhan anak semakin matang, khusunya perkembangan otot dan kemampuannya mengungkapkan segala sesuatu secara verbal.
Apabila di usia ini si kecil masih juga belum mampu menerapkan toilet training dengan baik, sebaiknya orang tua mengevaluasi penyebabnya. Jika sampai usia tertentu anak belum juga bisa menahan BAK atau BAB, bisa jadi dibutuhkan bantuan profesional.





Senin, 25 Mei 2009

Perlengkapan Saat Si Kecil Bepergian


Besok Kayyisa mau pergi ke rumah Nenek. Wah banyak banget barang yang harus dibawa, kaya mau pindahan. Semua perlengkapannya harus dibawa, kayanya sampai ga ada yang tersisa di rumah deh. Apa saja perlengkapannya.

1. MAKANAN
Bawalah makanan yang biasa dikonsumsi si kecil, seperti susu formula, bubur susu instan, biskuit bayi, dan lainnya. Agar lebih praktis makanan yang dibawa seperlunya saja, apabila kurang bisa beli. Atau membuat sendiri makanan untuk si kecil.

2. PERLENGKAPAN MAKAN & MINUM
Bawalah botol susu paling sedikit 2 buah apabila si kecil minum susu formula dan 2 buah mangkuk lengkap dengan sendoknya bila si kecil sudah mendapatkan MPASI. Jangan lupa bawa botol air hangat atau thermos air hangat untuk membuat susu saat perjalanan bila tidak ada ASI.

3. PAKAIAN & CELANA/POPOK
Bawalah pakaian lebih banyak bila bepergian ke daerah panas karena si kecil akan lebih sering ganti baju karena keringatan. Tapi bawa juga baju berlengan panjang, celana panjang serta baju hangat untuk antisipasi perubahan cuaca (misalnya hujan). Untuk pospak(popok sekali pakai) bawa seperlunya saja, kalau kurang bisa beli lagi.

4. MAINAN
Jangan lupa bawa maianan agar si kecil tidak bosan saat diperjalanan.

5. PERLENGKAPAN MANDI
Segala perlengkapan si kecil untuk mandi dan sesudah mandi harus dibawa, kecuali bak mandi.

6. TISU KERING DAN BASAH
Digunakan untuk mengelap tangan dan mulut bayi atau membersihkan alat kelamin/pantat sehabis buang air.

7. PEMBERSIH TANGAN BEBAS KUMAN
Sangat praktis digunakan untuk membersihkan tangan dan membunuh kuman sebelum kita memegang bayi atau menyiapkan makanan / susu formulanya.

8. ALAS PELINDUNG
Bawa alas tahan air ukuran sedang untuk dipakai saat mengganti popok si kecil. Sediakan pula beberapa alas yang bisa digunakan untuk menutup permukaan kasur tempat tidur.

9. KANTUNG PLASTIK
Bawa beberapa buah untuk digunakan membungkus pakaian atau celana kotor dan popok sekali bekas pakai. Bisa juga untuk membungkus botol susu yang bocor atau peralatan bekas makan.

10. ALAT GENDONG & KERETA DORONG
Berupa kain panjang (jarit) atau alat gendong siap pakai (sling). Bila ada bawa juga kereta dorong bayi yang ringan dan bisa dilipat. Memudahkan kita saat mengajak bayi berjalan-jalan.

11. BUKU REKAM KESEHATAN
Jangan lupa membawa buku catatan tentang kesehatan bayi yang biasa diperlihatkan kepada dokter saat ia memeriksa. Apabila si kecil kebetulan sakit dan harus berobat maka buku tersebut memudahkan dokter mengetahui sekilas sejarah riwayat kesehatan bayi.

12. OBAT-OBATAN
Bawalah obat-obatan yang biasa dipakai si kecil ketika sakit atau konsultasikan lebih dahulu dengan dokter.

Sumber : Nakita-Perawatan Ditahun Pertama

Minggu, 24 Mei 2009

Bayi Kuning (Jaundice Neonatorum)


" Maaf bu, bayinya tidak boleh dibawa pulang dulu karena kuning ", itulah kata-kata bidan yang merawat Kayyisa. Setelah 3 hari dilahirkan, Kay dites darah dan hasilnya kadar bilirubin sebesar 9,02 mg/dl jadi kata bidan itu Kay harus diberikan fototerapi. Waktu itu aku sedih banget, "apa sih bayi kuning itu, penyebabnya apa, apa yang salah?"

PENGERTIAN

Ikterus: (jaundice) adalah warna kekuningan pada kulit dan selaput mata.
Neonatorum: adalah bayi baru lahir.

Ikterus neonatorum (bayi baru lahir berwarna kuning) adalah kondisi munculnya warna kuning di kulit dan selaput mata pada bayi baru lahir karena adanya bilirubin (pigmen empedu) pada kulit dan selaput mata sebagai akibat peningkatan kadar bilirubin dalam darah (hiperbilirubinemia). Hampir 60% bayi yang baru lahir akan terlihat kuning pada minggu pertama setelah mereka lahir. Sekitar 5-10% dari mereka membutuhkan penanganan khusus karena kadar bilirubinnya yang secara signifikan tinggi, sehingga dibutuhkan fototerapi. Jadi tidak semua bayi kuning bisa diobati hanya dengan menjemurnya di bawah sinar matahari pagi. Ada juga yang perlu dirawat inap di rumah sakit untuk menjalani beberapa terapi. Menurut dr. Dewi Murniati, Sp.A., rekomendasi dirawat inap akan diberikan bila bayi terdeteksi memiliki kadar bilirubin di atas ambang normal.

JENIS KUNING

1. Ikterus neonatus fisiologis (hiperbilirubin karena faktor fisiologis)

  • Gejala normal dan sering dialami bayi baru lahir. Meski begitu, orang tua harus tetap waspada. Bisa saja di balik itu terdapat suatu penyakit.
  • Terjadi pada 2-4 hari setelah bayi lahir, dan akan "sembuh" pada hari ke-7.
  • Penyebabnya organ hati yang belum "matang" dalam memproses bilirubin.
2. Ikterus neonatus patologis (hiperbilirubin karena faktor penyakit atau infeksi)
  • Misalnya akibat virus hepatitis, toksoplasma, sifilis, malaria, penyakit/kelainan di saluran empedu atau ketidakcocokan golongan darah (rhesus).
  • Biasanya disertai suhu badan yang tinggi (demam) atau berat badan tak bertambah. Feses bayi yang seperti tanah liat dan urine-nya yang berwarna gelap sehingga pakaian bayi menjadi kuning.
  • Ditandai dengan tingginya kadar bilirubin walau bayi sudah berusia 14 hari.

PARAMETER BAYI DINYATAKAN KUNING

  • Bayi yang lahir cukup bulan, batas aman kadar bilirubinnya adalah 12,5 mg/dl (miligram perdesiliter darah).
  • Bayi yang lahir kurang bulan, batas aman kadar bilirubinnya adalah 10 mg/dl.
  • Jika kemudian kadar bilirubin diketahui melebihi angka-angka tersebut, maka ia dikategorikan hiperbilirubin.

BAGAIMANA TERJADINYA BAYI KUNING

  • Bilirubin merupakan zat hasil pemecahan hemoglobin (protein sel darah merah yang memungkinkan darah mengangkut oksigen). Hemoglobin terdapat dalam eritrosit (sel darah merah) yang dalam waktu tertentu selalu mengalami destruksi (pemecahan). Proses pemecahan tersebut menghasilkan hemeglobin menjadi zat heme dan globin. Dalam proses berikutnya, zat-zat ini akan berubah menjadi bilirubin bebas atau indirect.
  • Dalam kadar tinggi bilirubin bebas ini bersifat racun; sulit larut dalam air dan sulit dibuang. Untuk menetralisirnya, organ hati akan mengubah bilirubin indirect menjadi direct yang larut dalam air.
  • Tetapi organ hati sebagian bayi baru lahir belum dapat berfungsi optimal dalam mengeluarkan bilirubin bebas tersebut. Barulah setelah beberapa hari, organ hati mengalami pematangan dan proses pembuangan bilirubin bisa berlangsung lancar.
  • Masa "matang" organ hati pada setiap bayi tentu berbeda-beda. Umumnya, pada hari ketujuh organ hati mulai bisa melakukan fungsinya dengan baik. Tapi ada juga yang menyebutkan organ hati mulai bisa berfungsi pada usia 10 hari.

Bayi kuning tidaklah sama dengan hepatitis, meskipun pada bayi dengan hepatitis salah satu gejalanya adalah kuning. Pada bayi dengan hepatitis selain gejala kuning tidak biasa terjadi pada minggu pertama kelahiran juga yang terjadi adalah peningkatan kadar 'bilirubin direk' (langsung). Secara klinis warna kuning ini sulit dibedakan.

PENGOBATAN

1. Terapi Sinar (fototerapi)

  • Dilakukan selama 24 jam atau setidaknya sampai kadar bilirubin dalam darah kembali ke ambang batas normal.
  • Bilirubin dalam tubuh bayi dapat dipecahkan dan menjadi mudah larut dalam air tanpa harus diubah dulu oleh organ hati.
  • Berupaya menjaga kadar bilirubin agar tak terus meningkat sehingga menimbulkan risiko yang lebih fatal.
  • Sinar yang digunakan pada fototerapi berasal dari sejenis lampu neon dengan panjang gelombang tertentu. Lampu yang digunakan sekitar 12 buah dan disusun secara paralel. Di bagian bawah lampu ada sebuah kaca yang disebut flexy glass yang berfungsi meningkatkan energi sinar sehingga intensitasnya lebih efektif. Sinar yang muncul dari lampu tersebut kemudian diarahkan pada tubuh bayi. Seluruh pakaiannya dilepas, kecuali mata dan alat kelamin harus ditutup dengan menggunakan kain kasa. Tujuannya untuk mencegah efek cahaya berlebihan dari lampu-lampu tersebut.
  • Pada saat dilakukan fototerapi, posisi tubuh bayi akan diubah-ubah; telentang lalu telungkup agar penyinaran berlangsung merata.
  • Rata-rata dalam jangka waktu dua hari si bayi sudah boleh dibawa pulang.
  • Efek samping bayi mengalami dehidrasi karena malas minum. Sementara, proses pemecahan bilirubin justru akan meningkatkan pengeluarkan cairan empedu ke organ usus. Gerakan peristaltik usus meningkat dan menyebabkan diare.
2. Terapi Transfusi
  • Jika setelah menjalani fototerapi tak ada perbaikan dan kadar bilirubin terus meningkat hingga mencapai 20 mg/dl atau lebih.
  • Kelebihan bilirubin dapat menimbulkan kerusakan sel saraf otak (kern ikterus). Menyebabkan beberapa gangguan perkembangan. Misalnya keterbelakangan mental, cerebral palsy, gangguan motorik dan bicara, serta gangguan penglihatan dan pendengaran.
  • Darah bayi yang sudah teracuni akan dibuang dan ditukar dengan darah lain.
  • Bila dengan sekali tukar darah, kadar bilirubin sudah menunjukkan angka yang menggembirakan, maka terapi transfusi bisa berhenti. Tapi bila masih tinggi maka perlu dilakukan proses tranfusi kembali.
  • Efek samping yang bisa muncul adalah masuknya kuman penyakit yang bersumber dari darah yang dimasukkan ke dalam tubuh bayi.
3. Terapi Obat-obatan
  • Misalnya, obat phenobarbital atau luminal untuk meningkatkan pengikatan bilirubin di sel-sel hati sehingga bilirubin yang sifatnya indirect berubah menjadi direct.
  • Obat-obatan yang mengandung plasma atau albumin yang berguna untuk mengurangi timbunan bilirubin dan mengangkut bilirubin bebas ke organ hati.
  • Biasanya terapi ini dilakukan bersamaan dengan terapi lain, seperti fototerapi.
  • Jika sudah tampak perbaikan maka terapi obat-obatan ini dikurangi bahkan dihentikan.
  • Efek sampingnya adalah mengantuk. Akibatnya, bayi jadi banyak tidur dan kurang minum ASI sehingga dikhawatirkan terjadi kekurangan kadar gula dalam darah yang justru memicu peningkatan bilirubin.
4. Menyusui dengan ASI
  • Bilirubin juga dapat pecah jika bayi banyak mengeluarkan feses dan urin. Oleh karena itu bayi harus mendapatkan cukup ASI. Karena ASI memiliki zat-zat terbaik bagi bayi yang dapat memperlancar buang air besar dan kecilnya.
  • Pemberian ASI juga harus di bawah pengawasan dokter karena pada beberapa kasus, ASI justru meningkatkan kadar bilirubin bayi (breast milk jaundice). Di dalam ASI memang ada komponen yang dapat mempengaruhi kadar bilirubin.
5. Terapi Sinar Matahari
  • Merupakan terapi tambahan.
  • Caranya, bayi dijemur selama setengah jam dengan posisi yang berbeda-beda. Seperempat jam dalam keadaan telentang, misalnya, seperempat jam kemudian telungkup.
  • Lakukan antara jam 7.00 sampai 9.00. Inilah waktu dimana sinar surya efektif mengurangi kadar bilirubin.
  • Hindari posisi yang membuat bayi melihat langsung ke matahari karena dapat merusak matanya. Perhatikan pula situasi di sekeliling, keadaan udara harus bersih.

Sumber: balita-anda.com



Sabtu, 23 Mei 2009

Info IQ Bayi Kuning


Bayi Anda mengalami kuning ga ?

60 % bayi baru lahir mengalami kuning (jaundice), ada yang sembuh sendiri tapi ada pula yang membutuhkan perawatan khusus. Tetapi jangan khawatir, kabar baiknya bayi baru lahir yang mengalami kuning karena dalam darahnya mengandung kadar bilirubin cukup tinggi, ternyata mempunyai Intelligence Quotients (IQ) yang tidak berbeda dengan bayi tidak kuning.

Sumber : Ayah Bunda, Februari 2008.

Jumat, 22 Mei 2009

Persiapan Persalinan


Di bulan ke sembilan merupakan saat-saat mendebarkan bagi ibu hamil, karena saat menuju persalinan tinggal hitungan hari saja. Tak mengherankan apabila calon ibu sering sekali merasa cemas. Setelah sekian lama menanti-nanti kedatangan si buah hati, kini hari H itu sudah diambang pintu. Namun perasaan cemas tersebut tidak menjadi alasan untuk menyiapkan berbagai keperluan yang diperlukan pada saat persalinan nanti.

Apabila rumah sakit bersalin telah Anda pilih, tidak ada salahnya untuk bertanya kepada mereka apa - apa yang diperlukan oleh ibu dan bayi ketika persalinan/melahirkan nanti. Akan tetapi bila Anda belum menentukan pilihan, berikut adalah daftar barang yang biasanya diperlukan saat persalinan nanti.










Rekomendasi Buku :


Kamis, 21 Mei 2009

Hati-hati Flu Babi Menyerang Indonesia



Sampai sekarang berita tentang flu babi masih rame, ih serem deh semakin hari penyakit makin aneh-aneh aja. Dulu flu burung trus flu singapura, sekarang flu babi. Mudah-mudahan ga ada lagi yang lain. Jadi apa sih sebenrnya flu babi itu? Ada beberapa hal yang perlu diketahui tentang flu babi.

  • Flu babi atau swine influenza adalah kasus-kasus influenza yang disebabkan oleh virus Orthomyxoviridae yang endemic pada populasi babi.
  • Galur virus flu babi yang telah diisolasi sampai saat ini digolongkan sebagai Influenzavirus C atau subtipe genus Influenzavirus A.
  • Flu babi disebabkan oleh virus Influenza A subtipe H1N1 H1N2, H3N1, H3N2, dan H2N3.
  • Babi dapat menampung virus flu yang berasal dari manusia maupun burung, memungkinkan membentuk virus gabungan yang baru.
  • Flu babi menginfeksi manusia yang bersentuhan dengan babi, atau bisa juga penularannya dari manusia ke manusia.
  • Gejala virus termasuk demam, disorientasi, kekakuan pada sendi, muntah-muntah dan kehilangan kesadaran yang berakhir pada kematian.
  • Menurut Pusat Pengawasan dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat, gejala influensa ini mirip dengan influenza, seperti demam, batuk, sakit pada kerongkongan, sakit pada tubuh, kepala, panas dingin,lemah lesu, buang air besar dan muntah-muntah.


Mulai 30 April 2009, Organisasi Kesehatan dunia (WHO) telah mengganti nama penyakit flu babi menjadi Influensa A karena telah membuat salah tafsir masyarakat bahwa babi dapat menularkan penyakit ini kepada manusia.

Untuk lebih jelas baca juga di wikipedia Indonesia : http://id.wikipedia.org/wiki/Flu_babi, dan wikipedia bahasa Inggris yang lebih lengkap beserta referensinya : http://en.wikipedia.org/wiki/Swine_influenza.

Rabu, 20 Mei 2009

Hati-hati Penyakit Menular Balita


Saat daya tahan tubuh si kecil menurun, penyakit pun mudah menyerang. Termasuk penyakit menular pun tidak terelakan. Tapi untungnya kebanyakan penyakit menular tidak menetap dan kekebalan tubuhnya akan meningkat setiap si kecil sakit. Alangkah baiknya mencari informasi yang tepat untuk membantu si kecil menghadapi saat-saat kritis ketika ia menderita penyakit menular.

IMPETIGO

Gejala :

  • Bintil-bintil lepuh kecil di sekitar hidung dan mulut atau telinga, yang akan pecah dan mengeras membentuk bekas luka berwarna kuning kecoklatan.
  • Bisa menular bila lepuh masih mengeluarkan cairan dan berkerak, sampai dua hari setelah pengobatan dimulai.

Perawatan :

  • Antibiotik oral atau krim atibiotik yang diresepkan.

Komplikasi :

  • Efek samping jarang terjadi, tapi karena penyakit menular jadi harus segera ditangani.

SINDROM PIPI MERAH (PARVOVIRUS B19)

Gejala :

  • Demam dan gangguan pernapasan.
  • Ruam, seperti bekas tamparan, muncul dikedua pipinya. Setelah lewat 2-4 hari, ruam menyebar ke tubuh, lengan, dan kaki.
  • Masa penularan adalah selama beberapa hari sebelum ruam muncul.

Perawatan :

  • Berikan parasetamol khusus bayi (periksa usia yang dianjurkan pada kemasan) untuk menurunkan demam, atau obati rasa gatalnya.

Komplikasi :

  • Bisa bermasalah bila kronis, karena dapat memicu anemia akut.
  • Hindari kontak anak dengan wanita hamil karena dapat menyebabkan keguguran.

CAMPAK

Gejala :

  • Diawali dengan flu berat, batuk dan mata berair, kemudian muncul bercak putih di mulut (bintik Koplik). Si kecil akan terlihat tidak nyaman, demam tinggi dan sulit melihat cahaya terang.
  • Ruam muncul pada hari ke-3 atau ke-4. Bintik-bintik akan memerah dan semakin banyak, tapi tidak gatal.
  • Campak sangat menular dan biasanya berlangsung sekitar 1 minggu. Masa kritis penularan adalah sejak beberapa hari sebelum muncul ruam sampai lima hari setelah ruam lenyap.

Perawatan :

  • Berikan banyak minum (air hangat dapat meredakan batuk).
  • Berikan parasetamol khusus bayi (periksa usia yang dianjurkan pada kemasan) untuk menurunkan suhu tubuh.
  • Vaselin akan melindungi kulit di sekitar bibir. Basuh kerak pada pinggir mata, gelapkan kamar bila cahaya mengganggunya.

Komplikasi :

  • Infeksi telinga dan paru-paru, muntah dan diare dapat terjadi 2 hari setelah ruam muncul.Beresiko kecil menyebabkan pneumonia atau ensefailitis, gangguan pada paru-paru dan telinga.

GONDONGAN

Gejala :

  • Gondongan adalah kelenjar yang membengkak di bawah kedua telinga dan di bawah dagu.
  • Demam, sakit kepala, mulut kering, sulit mengunyah dan menelan.
  • Infeksi dimulai sejak beberapa hari seelum kelenjar membengkak sampai mengempis kembali.
  • Jarang terjadi bila sikecil sudah mendapatkan suntikan MMR pada usia sekitar 12-15 bulan.

Perawatan :

  • Kompres anak dengan air hangat atau berikan parasetamol untuk menurunkan demam.
  • Berikan banyak minum.

Komplikasi :

  • Dapat memicu penyakit meningitis atau ensefalitis (radang otak), tetapi ini jarang terjadi.

BATUK REJAN

Gejala :

  • Gejala awal mirip dengan flu tapi baru 2 minggu sesudahnya sikecil benar-benar mulai batuk.
  • Si anak tersedak atau muntah, dan berbunyi ketika menarik napas atau setelah batuk.
  • Batuk disebabkan infeksi bakteri menyumbat lubang udara dengan lender dan bisa berlangsung sekitar 4 minggu.
  • Bila batuk terus menerus dan berlangsung lama, kunjungi dokter.

Perawatan :

  • Beri makanan yang mudah ditelan dan banyak minum.
  • Bantu si kecil mengeluarkan dahak dengan membaringkan di atas pangkuan lalu tepuk-tepuk punggungnya.

Komplikasi :

  • Dalam kasus parah, anak mungkin harus dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan terapi oksigen dan pengobatan dehidrasi. Kadang mnyebabkan radang di paru-paru dan membuat anak rentan terkena infeksi paru-paru.
  • Infeksi sukender walaupun jarang terjadi dapat memicu pneumonia dan bronchitis.

CACAR AIR

Gejala :

  • Dimulai dengan kondisi tubuh yang tudak nyaman, muncul ruam dan terkadang suhu tubuh sedikit meningkat (di atas 370C).
  • Setelah 1 atau 2 hari, muncul bintik-bintik berwarna merah dan menjadi lepuhan berisi air. Kemudian menyebar dan mengering menjadi kerak yang nantinya mengelupas.

Perawatan:

  • Tidak harus membawa si kecil ke dokter, kecuali tidak yakin dengan penyakitnya atau si kecil sangat rewel.
  • Berikan banyak minum dan bila panas berikan parasetamol khusus bayi ( cek usia yang dianjurkan pada kemasan).
  • Mandi dengan air suam-suam kuku yang dibubuhi sedikit bikar-bonat soda dapat membantu meredakan gatal.
  • Oleskan lotion calamine pada bintik-bintik atau berikan antihistamin (dapat diperoleh di apotik).
  • Untuk sementara kenakan pakaian longgar yang terbuat dari bahan katun.

Komplikasi:

  • Walau pun jarang terjadi, dapat memicu penyakit ensefalitis (radang otak).
  • Pastikan ia tidak berdekatan dengan ibu hamil, terutama di Trisemester pertama. Wanita hamil yang terserang cacar air beresiko keguguran atau melahirkan bayi cacat. Apabila dekat dengan waktu melahirkan dapat beresiko bayinya lahir dengan cacar air.

RUBELA

Gejala :

  • Diawali dengan flu diikuti munculnya ruam berbintik-bintik dalam 1 atau 2 hari. Awalnya di wajah, kemudian menjalar ke tubuh.
  • Kelenjar di belakang leher membengkak.
  • Virus rubela mulai menyerang sejak sebelum ruam muncul sampai setidaknya 4 hari setelah ruam hilang.

Perawatan :

  • Berikan anak minuman dingin.
  • Berikan parasetamol khusus bayi jika sikecil demam.
  • Kenakan pakaian tipis.

Komplikasi :

  • Termasuk infeksi ringan, tetapi jauhkan dari wanita hamil di atas 4 bulan atau wanita yang berusaha hamil karena beresiko membuat bayi cacat.


ROSEOLA

Gejala :

  • Demam dengan suhu sekitar 39-400C selama sekitar 3 hari.
  • Muncul bintik-bintik merah di tubuh, kaki dan leher.
  • Serangan virus umumnya terjadi beberapa hari sebelum ruam muncul.

Perawatan :

  • Banyak istirahat.
  • Berikan parasetamol khusus bayi untuk menurunkan demam.

Komplikasi :

  • Bila suhu anak sangat tinggi, ia bisa mengalami kejang demam.


Sumber : Mother & Baby, Januari 2008.

Selasa, 19 Mei 2009

Jadwal Imunisasi


Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Periode 2004* (* Revisi September 2003)

Vaksin

Umur pemberian Imunisasi

Bulan

Tahun

Lhr

1

2

3

4

5

6

9

12

15

18

2

3

5

6

10

12

Program Pengembangan Imunisasi (PPI, diwajibkan)

BCG


















Hepatitis B

1

2





3











Polio

0


1


2


3




4



5




DTP



1


2


3




4



5



6 dT atau TT

Campak








1







2



Program Pengembangan Imunisasi Non PPI (Non PPI, dianjurkan)

Hib



1


2


3



4







MMR










1





2



Tifoid












Ulangan, tiap 3 tahun

Hepatitis A












Diberikan 2x, interval
6 - 12bl

Varisela


















Keterangan Jadwal Imunisasi IDAI, Periode 2004

Umur

Vaksin

Keterangan

Saat lahir

Hepatitis B-1




Polio-0

  • HB-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada umur 1 dan 6 bulan. Apabila status HbsAg-B ibu positif, dalam waktu 12 jam setelah lahir diberikan HBlg 0,5 ml bersamaan dengan vaksin HB-1. Apabila semula status HbsAg ibu tidak diketahui dan ternyata dalam perjalanan selanjutnya diketahui bahwa ibu HbsAg positif maka masih dapat diberikan HBlg 0,5 ml sebelum bayi berumur 7 hari.
  • Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama. Untuk bayi yang lahir di RB/RS polio oral diberikan saat bayi dipulangkan (untuk menghindari transmisi virus vaksin kepada bayi lain).

1 bulan

Hepatitis B-2

  • Hb-2 diberikan pada umur 1 bulan, interval HB-1 dan HB-2 adalah 1 bulan.

0-2 bulan

BCG

  • BCG dapat diberikan sejak lahir. Apabila BCG akan diberikan pada umur >3 bulan sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dulu dan BCG diberikan apabila uji tuberkulin negatif.

2 bulan

DTP-1

Hib-1

Polio-1

  • DTP-1 diberikan pada umur lebih dari 6 minggu, dapat dipergunakan DTwp atau DTap. DTP-1 diberikan secara kombinasi dengan Hib-1 (PRP-T)
  • Hib-1 diberikan mulai umur 2 bulan dengan interval 2 bulan. Hib-1 dapat diberikan secara terpisah atau dikombinasikan dengan DTP-1.
  • Polio-1 dapat diberikan bersamaan dengan DTP-1

4 bulan

DTP-2
Hib-2
Polio-2

  • DTP-2 (DTwP atau DTaP) dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan Hib-2 (PRP-T)
  • Hib-2 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan DTP-2
  • Polio-2 diberikan bersamaan dengan DTP-2

6 bulan

DTP-3
Hib-3
Polio-3

  • DTP-3 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan Hib-3 (PRP-T)
  • Apabila mempergunakan Hib-OMP, Hib-3 pada umur 6 bulan tidak perlu diberikan.
  • Polio-3 diberikan bersamaan dengan DTP-3

6 bulan

Hepatitis B-3

  • HB-3 diberikan umur 6 bulan. Untuk mendapat respons imun optimal interval HB-2 dan HB-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan.

9 bulan

Campak-1

  • Campak-1 diberikan pada umur 9 bulan, campak-2 merupakan program BIAS pada SD kl 1, umur 6 tahun. Apabila telah mendapat MMR pada umur 15 bulan, campak-2 tidak perlu diberikan

15-18 bulan

MMR

Hib-4

  • Apabila sampai umur 12 bulan belum mendapat imunisasi campak, MMR dapat diberikan pada umur 12 bln
  • Hib-4 diberikan pada 15 bulan (PRP-T atau PRP-OMP).

18 bulan

DTP-4
Polio-4

  • DTP-4 (DTwP atau DTaP) diberikan 1 tahun setelah DTP-3.
  • Polio-4 diberikan bersamaan dengan DTP-5

2 tahun

Hepatitis A

  • Vaksin HepA direkomendasikan pada umur >2 tahun, diberikan dua kali dengan interval 6-12 bulan.

2-3 tahun

Tifoid

  • Vaksin tifoid polisakarida injeksi direkomendasikan untuk umur >2 tahun. Imunisasi tifoid polisakarida injeksi perlu diulang setiap 3 tahun.

5 tahun

DTP-5
Polio-5

  • DTP-5 diberikan pada umur 5 tahun (DTwp/DTap)
  • Polio-5 diberikan bersamaan dengan DTP-5

6 tahun

MMR

  • Diberikan untuk catch-up imunization pada anak yang belum mendapat MMR-1

10 tahun

dT/TT

Varisela

  • Menjelang pubertas vaksin tetanus ke-5 (dT atau TT) diberikan untuk mendapat imunitas selama 25 tahun.
  • Vaksin varisela diberikan pada umur 10 tahun.




 

Followers

About Me

Saya adalah fulltime Mommy yang ingin berbagi cerita tentang tumbuh kembang putri tercinta Kayyisa Naura Firdaus.

Kayyisa Copyright © 2009 Flower Garden is Designed by Ipietoon for Tadpole's Notez Flower Image by Dapino